
Entomologi forensik adalah bidang ilmu yang menggunakan serangga untuk mengumpulkan informasi tentang TKP. Disiplin ini telah ada selama ribuan tahun, meskipun entomologi forensik baru diintegrasikan ke dalam sains Barat pada abad ke-19.
Entomologi forensik mengacu pada prinsip bahwa tahapan kehidupan serangga mengikuti pola yang ditetapkan, dan oleh karena itu serangga yang ditemukan di TKP dapat menghasilkan informasi tentang waktu dan tempat kematian seseorang.
Entomologi forensik hanyalah salah satu bagian dari antropologi medis, yang melihat berbagai elemen spesifik di tempat kejadian kematian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Antropolog medis mempelajari segala sesuatu mulai dari situs pemakaman kuno hingga TKP modern. Beberapa universitas di seluruh dunia memiliki program untuk mempelajari dan meneliti antropologi medis dengan harapan dapat meningkatkan peradilan pidana.
Serangga dapat memberikan wawasan tentang TKP.
Di Timur, tradisi panjang menyertai entomologi forensik. Beberapa biara Buddha mendorong para biksu mereka untuk merenungkan orang mati dalam semua tahap pembusukan. Para biksu telah menulis tentang serangga di lokasi pembusukan selama ribuan tahun.
Pada tahun 1235 M, seorang penyelidik forensik Tiongkok bernama Sung Tz’u menulis sebuah buku tentang TKP berjudul The Washing Away of Wrongs . Teks tersebut menyertakan referensi ke entomologi forensik, yang menunjukkan bahwa itu termasuk dalam teknik investigasi Tiongkok.
Apakah Amazon benar-benar memberi Anda harga yang kompetitif? Plugin yang kurang dikenal ini mengungkapkan jawabannya. Serangga yang ditemukan di TKP dapat memberikan informasi tentang waktu dan tempat kematian.
Entomologi forensik di Barat berakar pada serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Francesco Redi pada abad ke-17. Dia ingin tahu tentang kolonisasi daging busuk oleh serangga, dan menetapkan sampel daging yang dilindungi dari penyerang serangga bersama dengan sampel yang terpapar.
Dia menemukan bahwa daging yang dilindungi membusuk begitu saja, sedangkan daging yang terbuka dijajah oleh serangkaian serangga, sehingga menyangkal teori generasi spontan. Teori ini menyatakan bahwa serangga muncul begitu saja dalam daging yang disimpan dalam kondisi yang tepat.
Pada tahun 1855, entomologi forensik digunakan lagi dalam kasus mayat bayi yang ditemukan tersegel di dalam dinding. Kumpulan serangga di sekitar tubuh membuat penyelidik percaya bahwa tubuh tersebut telah ada di sana selama beberapa tahun, yang berarti bahwa penghuni rumah saat ini tidak mungkin bertanggung jawab atas kejahatan tersebut. Nilai ilmunya pun terlihat, dan mulai dipelajari lebih cermat.
Entomologi forensik adalah disiplin yang berkembang, dan banyak antropolog medis menyediakan layanan mereka untuk departemen kepolisian yang tidak dapat berinvestasi dalam program entomologi forensik mereka sendiri. Penyelidik mengumpulkan sampel serangga dari seluruh TKP dan tubuh, berusaha mengumpulkan spektrum serangga yang luas untuk hasil yang paling akurat.
Dua famili serangga yang paling sering ditemukan di tempat kematian adalah lalat dan kumbang. Penyelidik melihat serangga untuk menentukan berapa lama mereka telah menjajah tubuh.
Lalat, misalnya, dapat dibedakan berdasarkan generasi. Belatung pada tahap pertama, atau instar, mungkin baru ada di situs selama beberapa hari. Belatung di instar selanjutnya menunjukkan bahwa tubuh telah mati selama beberapa waktu, karena beberapa generasi belatung telah berkembang biak. Kehadiran kumbang di tubuh menandakan bahwa periode yang lebih lama telah berlalu.
Dengan menggunakan pengetahuan tentang berapa lama serangga berkembang, bersama dengan kondisi cuaca, para ilmuwan dapat memperkirakan waktu kematiannya. Karena lalat menjadi dewasa dengan kecepatan yang sangat ditentukan, para ilmuwan seringkali dapat menyematkan waktu kematian ke jendela kecil hanya beberapa hari. Entomologi forensik telah digunakan dalam banyak kasus kriminal untuk menuntut penjahat secara efektif.